Nabi Yusuf
as merupakan putra urutan ke tujuh dari dua belas petara puteri Nabi Ya’qub as.
Merupakan anak dari istri Nabi Ya’qub yang bernama Rahil. Dari Ibu Rahil ini
Nabi Yusuf juga mempunyai adik bernama Benyamin. Nabi Yusuf dianugrahi wajah
yang sangat tampan oleh Allah SWT, juga dengan tubuh yang tegap sehingga bisa
membuat para wanita terpesona kepadanya.
Kisah cerita Nabi Yusuf as ada dalam satu
surat penuh dalam Al Qur an yang bernama Surat Yusuf. Disebutkan bahwa sebab turunnya
surat suyuf adalah karena orang orang yahudi meminta kepada Rasulullah SAW
untuk menceritakan kepada mereka kisah Nabi Yusuf as. Kisah Nabi Yusuf as telah
mengalami perubahan pada sebagian dant erdapat beberapa penambahan. Kemudian
Allah SWT menurunkan satu surat penuh yang secara terperinci menceritakan kisah
Nabi Yusuf as
Allah SWT
berfirman : “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami
mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS. 12 : 3)
Pada suatu
waktu Nabi Yusuf as bermimpi melihat sebelas bintang, mathari, dan bulan
semuanya sujud kepadanya, dan mimpinya itu disampaikan kepada ayahnya yaitu
Nabi Ya’qub as, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an berikut ini :
“(Ingatlah),
ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi
melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku”
“Ayah
berkata : “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada
saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (QS. 12 : 4 – 5)
Nabi Ya’qub
as mengingatkannya agar jangan sampai Nabi Yusuf as menceritakan mimpinya
kepada saudara-saudaranya. Sesungguhnya saudara-saudara Nabi Yusuf as tidak
menyukainya karena kedekatannya dengan ayahnya dan mereka tidak simpati dengan
perhatian Nabi Ya’qub as kepadanya. Nabi Yusuf as bukanlah saudara kandung
mereka di mana Nabi Yusuf as menikahi isteri kedua yang tidak melahirkan
baginya anak-anak kemudian lahirlah darinya Nabi Yusuf as dan saudara
kandungnya. Nabi Ya’qub as merasa bahwa anaknya itu akan mengemban suatu urusan
besar, yaitu keNabian yang berada di sekitarnya.
Nabi Yusuf
as adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai
dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, terutama setelah ibu
kandungnya Rahil meninggal atau wafat ketika Yusuf masih berusia dua belas
tahun.
Perlakuan
yang berbeda dari Nabi Ya’qub as kepada anak-anaknya lainnya menimbulkan rasa
iri hati dan dengki di antara saudara-saudara Nabi Yusuf as yang lain, mereka
merasa dianaktirikan oleh ayahnya yang mereka anggap tidak adil terhadap sesama
anak, yaitu lebih memanjakan Nabi Yusuf as dari pada yang lainnya.
Rasa jengkel
terhadap ayah mereka dan iri hati pada Nabi Yusuf as membangkitkan rasa setia
kawan antara sauda-saudara Yusuf, persatuan dan rasa persaudaraan yang akrab di
antara mereka.
Rasa sayang
Nabi Ya’qub as kepada Nabi Yusuf as dan adiknya Bunyamin nampak sangat jelas.
Rasa iri hati dan kebencian saudara-saudaranya juga tidak dapat ditutup-tutupi
lagi. Rasa sayang Nabi Ya’qub as kepada Nabi Yusuf dan Bunyamin adiknya
sebenarnya cukup wajar, karena Nabi Yusuf dan adiknya tidak memiliki ibu karena
telah meninggal dunia ketika melahirkan Bunyamin. Karena sebab itulah Nabi
Ya’qub sangat menyayangi Nabi Yusuf as dan adiknya Benyamin. Terlebih lagi saat
Nabi Ya’qub mendengar dan mengetahui akan mimpi Nabi Yusuf as. Semakin
bertambah pula pengawasannya untuk keselamatan Nabi Yusuf as dan adiknya. Hal
ini menyebabkan bertambahnya kedengkian dan kebencian saudara-saudara terhadap
Nabi Yusuf as dan adiknya.
Suatu hari
saudara-saudara Nabi Yusuf as yang memberi dan dengki kepadanya berkumpul dan
bermusyawarah untuk mengemukakan perasaan mereka masing-masing atas perlakuan
Ayah mereka yang mereka anggap tidak adil kepada anak-anaknya. Dalam musyawarah
ini banyumin tidak diikut sertakan karena ia adalah adik kandung Nabi Yusuf as,
mereka memutuskan agar Nabi Yusuf as dibuang saja.
Terjadilah
dialog antara mereka dengan ayahnya dengan penuh kelembutan namun dedam yang
tersembunyi di hati. Dalam hal ini diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“mereka
berkata : “wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap
Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan
baginya. Biarlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar ia (dapat)
bersenang-sendang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti
menjaganya”
“berkata
Ya’qub : “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku
khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya”
“Mereka
berkata : “Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang
kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-raong yang merugi” (Qs 12
: 11 – 14)
Mereka
membujuk ayahnya agar mengizinkan Nabi Yusuf as pergi dengan mereka. Akhirnya
mereka berhasil meyakinkan ayahnya yang sangat khawatir kalau-kalau Nabi Yusuf
as dimakan oleh serigala. Apakah ini masuk akal? Kami sepuluh orang laki-laki,
maka mana mungkin kami yang banyak ini lalai darinya? Sungguh kami akan
kehilangan sifat kejantanan kami seandainya terjadi peristiwa itu. Kami jamin
bahwa tidak ada seekor serigala pun akan memakannya. Karena itu, tidak ada yang
perlu dikhawatirkan.
Mereka pun
berhasil mengajak Nabi Yusuf as pada hari berikutnya dan pergi dengannya ke
gurun. Mereka menuju tempat yang jauh belum pernah mereka tempuh. Mereka
mencari sumur yang disitu sering dilewati oleh para kafilah dan mereka
berencana untuk memasukkan Nabi Yusuf as ke dalam sumur itu. Allah Yang Maha
Mengetahui mengilhamkan kepada Nabi Yusuf as bahwa ia akan selamat, maka tidak
perlu takut. Allah yang maha kuasa menjamin bahwa Nabi Yusuf as akan bertemu
dengan mereka pada suatu hari dan akan memberi tahu mereka apa yang mereka
lakukan kepadanya.
Nabi Yusuf
as sempat melakukan perlawanan kepada mereka, namun mereka memukulinya dan
mereka memeritahkannya untuk melepas bajunya, lalu mereka menceburkannya ke
dalam telah dalam keadaan telanjang. Kemudian Allah Yang Maha Kuasa mewahyukan
kepadanya bahwa ia akan selamat dan karean itu ia tidak perlu takut. Di dalam
telah itu terdapat air, namun tubuh Nabi Yusuf as tidak terkena hal yang
membahayakan. Ia sendirian duduk di sumur itu, kemudian ia bergantungan dengan
batu.
Kemudian
saudara-saudara yang benci kepada Nabi Yusuf itu menyembelih hewan sejenis
kambing atau rusa, lalu melumurkan darah palsu ke pakaian Nabi Yusuf as. Mereka
lupa untuk merobek-robek pakaian Nabi Yusuf as. Mereka malah membawa apakain
sebagaimana biasanya (masih utuh) dan hanya berlumuran darah. Peristiwa ini
terjadi di malam yang gelap. Sementara itu, si ayah duduk di rumahnya lalu
anak-anaknya masuk menemuinya di tengah malam di mana kegelapan malam
menyembunuikan kegelapan dan kegelapan kebohongan yang siap ditampakkan. Nabi
Ya’qub bertanya : “Mengapa kalian menangis? Apakah terjadi sesuatu pada
kambing?Mereka berkata sambil meningkatkan tangisnya, seperti diterangkan dalam
Al Qur’an berikut ini :
“Kemudian
mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis”
“Mereka
berkata : “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba, dan kami
tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala, dan
kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah
orang-orang yang benar” (Qs 12 : 17 – 18)
Nabi
Ya’qub as memegang pakaian anaknya. Lalu ia mengangkat pakaian itu dan
memperhatikannya di bawah cahaya yang terdapat dalam kamar. Ia
membalik-balikkan baju itu di tangannya namu ia melihat bahwa pakaian itu masih
utuh dan tidak ada tanda-tanda cakaran atau robek. Serigala apa yang makan Nabi
Yusuf as? Apakah ia memakan dari dalam pakaian tanpa merobek pakaiannya?
Seandainya Nabi Yusuf as mengenakan pakaiannya lalu ia dimakan oleh serigala,
semestinya pakaian tersebut akan robek. Seandainya ia telah melepas bajunya
untuk bermain dengan saudara-saudaranya, maka bagimana pakaian tersebut
dilumiri dengan darah sementara saat itu tidak menggunakan pakaian?
Berdasarkan
bukti-bukti itu, Nabi Ya’qub as mengetahui bahwa mereka berbohong. Nabi Yusuf
as tidak dimakan oleh serigala. Nabi ya’qub mengetahui bahwa anak-anaknya
berbohong, ia mengungkapkan hal itu dalam perkatannya yang tersebut dalam Al
Qur an :
“Mereka
datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub
berkata “sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang
buruk) itu; maka kesbaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah
yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan” (Qs 12 ; 18)
Demikianlah
perilaku Nabi Ya’qub dengan bijaksananya. Ia meminta agar diberi kesabaran dan
memohon pertolongan kepada Allah SWT atas apa yang mereka lakukan terhadap
putra kesayangannya.
Kemudian,
ada kafilah yang sedang berjalan menuju Mesir, yaitu satu kafilah besar yang
berjalan cukup jauh sehingga dinamakan Sayyarah. Semua kafilah itu menuju sumur,
mereka berhenti untuk menambah air. Mereka menghulurkan timba ke sumur. Lalu
Nabi Yusuf as bergelantung pada timba tersebut. Orang yang mengulur timba
mengira bahwa timbanya telah penuh dengan air. Namun setelah dilihat, kafilah
itu terkejut sambil berkata “Hai, alanglah gembiranya kita, mendapat seorang
anak yang tampan”
Pada saat
itu aturannya adalah bahwa siapa yang menemukan sesuatu yang hilang, maka ia
yang akan menjadi pemiliknya. Awalnya orang yang menemukannya sangat senang,
namun ia berfikir mengenai tanggung jawab yang harus ditanggungnya, lalu
muncullah rasa khawatir dalam dirinya. Kemudian untuk menghindari hal yang
mengkhawatirkan tersebut ia berencana untuk menjualnya ketika tiba di mesir.
Setelah
orang yang menemukan Yusuf itu tiba di mesir ia segera menjualnya di pasar
dengan harga yang sangat murah, ketika itu Yufus dibeli orang salah satu
pembesar di Mesir. Pembesar itu mengambil Nabi Yusuf as dan menjadikan
anak angkatnya, dirawatnya Yusuf dengan baik oleh isteri pembesar itu. Isteri
pembesar itu bernama Zulaikha, mulai saat itu Nabi Yusuf as tinggal bersama
mereka. Seperti diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“Kemudian
datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu menyuruh seorang mengambil air,
maka dia menurunkan timbanya, dia berkata ; “Oh, kabar gembira, ini seorang
anak muda!” Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan
Allah maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan
harga yang murah, yiatu beberapa dirham saja, dan mereka tidak tertarik hatinya
kepada Yusuf. Dan orang mesir yang membelinya berakata kepada istrinya:
“Berikanlah kepadanya empat (dan layanan) yang baik, boleh jadi ia bermanfaat
kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak” dan demikian pulalah kami
memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (mesir), dan agar kami
ajarkan kepadanya ta’bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahuinya” (Qs 12 : 19 – 21)
Lelaki yang membeli Nabi Yusuf as bukanlah orang sembarang tetapi ia
seorang yang penting. Ia termasuk seseorang yang berasal dari pemerintah yang
berkuasa di Mesir. Ia adalah seorang menteri di antara menteri-menteri raja
yaitu ketua menteri yang bernama Al Aziz. Allah Yang Maha kuasa
menguatkan Nabi Yusuf as di muka bumi. Setelah dibuang disumur dan dijual di
pasar ia kemudian tinggal di rumah seorang pria yang berkuasa dan Allah SWT
akan mengajarinya takwil mimpi. Hari demi hari berlalu. Nabi Yusuf as pun
semakin tumbuh menjadi dewasa. Nabi Yusus as oleh Allah diberi kemampuan
untuk mengendalikan suatu masalah dan ia diberi pengetahuan tentang kehidupan
dan peristiwa peristiwanya. Ia juga diberi kemampuan berdialog yang dapat
menarik simpati orang yang mendengarnya. Nabi Yusuf as diberi kemuliaan sehingga
ia menjadi pribadi yang agung dan tak tertandingi. Tuannya mengetahui
bahwa Allah SWT memuliakannya dengan mengiim Nabi Yusuf as padanya. Ia
mengetahui bahwa Nabi Yusuf memiliki kejujuran, kemuliaan, dan istiqamah
(keteguhan) lebih dari siapaun yang pernah ia temui dalam selama
hidupnya.
Sementara
itu, Zulaikha atau isteri Al-Azis selalu mengaawasi Nabi Yusuf as. Ia
duduk disampingnya dan berbincang-bincang bersamanya. Ia mengamati kejernihan
mata Nabi Yusuf as. Lalu ia bertanya kepadanya dan mendengarkan jawaban dan
Nabi Yusuf as. Akhirnya, kekagumannya semakin bertambah pada Nabi Yusuf as.
Al Qur an
tidak menyebut sedikit pun tentang berapa usia wanita itu dan berapa usia
Yusuf. Kita dapat mengamati hal itu hanya dengan perkiraan. Ia menghadirkan
Yusuf saat beliau masih kecil dari sumur. Dia adalah seorang isteri yang
misalnya berusia dua puluh tiga tahun, lalu ia berusia tiga puluh enam,
sementara Yusuf berumur dua puluh lima tahun. Apakah peristiwa itu memang
terjadi di usia ini? Boleh jadi memang demikian. Tidakan wanita itu dalam
peristiwa itu dan peristiwa sesudahnya menunjukkan bahwa ia wanira yang sudah
matang dan cukup berani. Peristiwa yang diungkapkan oleh Al Qur an al kami ini
merupakan puncak dari perisitwa peristiwa yang lalu.
Zulaikah
sang isteri Al Azis sangat mencintai Nabi Yusuf as. Ia merayunya dengan
terang terangan. Nabi Yusuf as yang telah terdiidik di istana seorang menteri
besar di mesir dengan lingkungan yang mewah dan dikelilingi wanita yang cantik,
di rayu oleh Zulaika dengan rayuan yang umumnya dilakukan oleh wanita pada
laki-laki.
Meskipun
telah dirayu oleh wanita yang sudah dirasuki nafsu, namun Nabi Yusuf as masih
kuat ketaqwaannya. Sang wanita itu bosan karena sikap cuek dan tidak peduli Nabi
Yusuf terhadapnya namun menganggap sikap Nabi Yusuf tersebut pura pura, atau
menjaga image saja. Ia pun mengubah cara menggoda bukan lagi dengan bahasa
isyarat, namun dengan menggoda yang lebih terang terangan. Wanita itu menutup
semua pintu dan melupakan rasa malunya, kemudian ia mengunggapkan rasa cintanya
Nabi Yusuf as.
Nabi
Yusuf as merupakan salah satu hamba Alla yang ikhlas, maka ia akan tersucikan
dari berbagai dosa. Namun bukan berarti bahwa Nabi Yusuf as tidak memiliki
nafsi sebagai seorang lelaki dan selain itu bahwa Nabi Yusuf bukan seperti
malaikat yang tidak terpengaruh oleh rasa duniawi. Godaan dari wanita itu
merupakan godaan yang cukup berat, namun beliu mampu untuk melawannya, karena
jiwanya tidak cenderung pada nafsunya. Kemuan atas izin Allah, jiwanya
dibimbing dan ditenangkan karena ketakwaannya yang mampu melihat tanda-tanda
kebenaran dari Tuhannya. Apalagi Nabi Yusuf as adalah putera Nabi Ya’qub as,
seorang Nabi, Putera dari Ibhraim, yang merupakan kakek dari para Nabi dan
kekasih Allah SWT.
Terjadilan
pergelutan antara mereka berdua. Percakapan telah berubah dari basa lisan
menuju bahasa tangan. Zulaikha mengulurkan tangannya kepada Yusuf dan
berusaha untuk memeluknya. Nabi Yusus as berputar dalam keadaan pucat wajahnya
dan berlari menuju ke pintu. Lalu ia dikejar oleh wanita itu dan wanita itu
menarik-narik pakaiannya. Keduanya sampai ke pintu. Namun tiba tiba itu
terbuka, suaminya dan salah satu kerabatnya ada di muka pintu yang terbuka itu.
Setelah
melihat suaminya ada di hadapannya, ia segera menggunakan kelicikannya. Saat
itu tampak jelas bahwa sedang terjadi pergelutan. Nabi Yusuf as tampak gemetar
dengan penuh rasa malu dan butiran-butiran keringat mengalir dari keningnya.
Sebelum suaminya membuka mulut untuk memulai pembicaraan, wanita yang
sebelumnya merayu Nabi Yusuf as itu mendahului berbicara dengan melontarkan
tuduhan kepada Nabi Yusuf as, seperti yang diterangkan dalam Al Qur’an berikut
ini :
“Dan
keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf
dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka
pintu. Wanita itu berkata : “apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud
berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab
yang pedih” (Qs : 12 : 25)
Wanita
itu menuduh Nabi Yusuf as telah merayunya. Ia mengatakan bahwa Yusuf berusaha
memperkosanya. Nabi Yusuf asmemandangi wanita itu dengan kepolosan dan
kesabaran. Sebenarnya Nabi Yusuf as berusaha menyembunyikan rahasia
wanita itu namun ketika ia mulai menuduh Nabi Yusuf as terpaksa membela diri.
Yusuf
berkata : “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)” dan seorang
saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksian : “Jika baju gamis koyak di
muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusata. Dan
jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itu yang dusta, dan Yusuf
termasuk orang-orang yang benar” (Qs 12 : 26 – 27)
Kisah Nabi
Yusuf dan Zulaikha – Kini giliran si suami menunjukkan reaksinya. Kami kira ia berkata
“Pelankanlah suara kalian berdua. Sesungguhnya di rumah ini terdapat banyak
budak dan pembantu. Ini adalah masalah khusus”. Kepala menteri itu adalah
seorang tua yang terkan tenang dan tidak gampang emosi. Kemudian kepala menteri
itu duduk dan mulai mengusut kejadian itu. Ia bertanya kepada isterinya dan
juga bertanya kepada Yusuf. Kemudian orang yang ada di dekat wanita itu berkata
: “Sesungguhnya kunci persoalan ini terletak pada pakaian Yusuf. Jika
pakaiannya robek dari depan, maka berati Yusuf memang ingin memperkosanya.
Wanita itu akan merobek pakaian Yusuf untuk mempertahankan dirinya”
Si
suami berkata : “Lalu bagaimana jika pakaiannya robek dari belakang”. Seorang
penengah dari keluargannya berkata : “Maka ini berarti wanita itu yang merayunya.
Jadi kunci dari peristiwa ini ada pada pakaian Yusuf”. Akhirnya, pakaian itu
berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Kemudian seorang penengah dari
keluarga mengamati robek dari belakang. Selanjutnya, kepala menteri itu pun
melihatnya dan ia juga menemui bahwa pakaian itu robek dari belakang. Sehingga
secara langsung tuduhan itu malah berbalik kepada si isteri.
Ketika
sang suami memastikan penghianatan isterinya, ia tampak begitu tenang dan tidak
menunjukkan emosi yang berlebihan seperti kebanyakan orang, bahkan ia tidak
sampai berteriak dan tidak marah. Jabatan menteri yang disandangnya memaksa
untuk bersikap penuh ketenangan dan kelembutan ketika menghadapi suatu
persoalan.
“Sesungguhnya
(kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu
adalah besar”. Ia menegaskan bahwa tipu daya perempuan umumnya sangat besar
(berbahaya).
Kemudian
ia menoleh pada Nabi Yusuf as, dan kemudian si suami merasa bahwa ia belum
mengatatakan sesuatu pun kepada isterinya selain pertanyaan yang berhubungan
dengan tipu daya kaum wanita secara umum. Ia ingin berkata kepada isterinya
tentang sesuatu yang khusus. Ia berusaha untuk bersikap keras pada isterinya
tetapi kekerasan itu berakhir dengan kelembutan yang terwujud dalam ucapannya :
“(hai)
Yusuf : “Berpalinglah dari masalah ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah
atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat
salah”
Pemerintah telah menetapkan keputusan untuk memasukan Nabi Yusuf ke
penjara sampai waktu yang tidak ditetapkan meskipun sebenarnya tidak melakukan
kesalahan. Seiring berjalannya waktu, pembicaraan mengenai Nabi Yusuf pun
menjadi redup. Ketika para menteri dan penguasa tidak mampu menahan kendali
wanita wanita mereka, namun mereka dengan mudahnya memenjarakan seorang yang
tidak bersalah.
Beberapa saat kemudian Nabi Yusuf berada di
tempat yang diusulkan. Itulah cara Allah memberikannya kedudukan penting di
negeri mesir. Ia menjadi orang yang bertanggung jawab pada pengelolaan kekayaan
mesir dan perekonomiannya. Ia menjadi ketua para menteri besar. Beliau mendapat
dua tugas sekaligus, yaitu sebagai kepala pemerintahan dan kepala urusan
logistik.
Yusuf merupakan orang yang terpercaya dan jujur.
Sehingga selama ia duduk di kursi pemerintahan maka tidak perlu ada yang
dikawatirkan. Kemudian masa paceklik itu pun tiba. Dan itu tidak masalah bagi
negeri mesir, karena persediaan telah disediakan oleh Nabi Yusuf yang bisa
menjamin dengan baik rakyat mesir selama tujuh tahun berturut-turut.
0 komentar:
Posting Komentar